Sunday, April 6, 2008

Ullen Sentalu


Beberapa waktu yang lalu, aku bersama papa, mama dan eyang berlibur ke Yogyakarta. Aku mengunjungi beberapa tempat wisata, diantaranya museum Ullen Sentalu-Ndalem Kaswargan. Museum ini terletak di Jl. Boyong Kaliurang, Sleman-Yogyakarta. Teman-teman.... waktu berkunjung ke tempat ini pada hari Selasa sampai Minggu, dari jam sembilan pagi sampai setengah empat sore, hari Senin tutup .... mungkin sebagai pengganti hari Minggu yang tetap buka... capek deh kalau buka terus. Waktu itu tiket masuk (termasuk turis lokal, seperti aku) Rp. 20.000,-; turis asing Rp.36.000,-. Museum ini dari luar terkesan angker.. tetapi setelah di dalam dingin, terlihat asri dan tertata rapi.
Ullen sentalu.. terdengar seperti nama yang aneh ya teman-teman.. Tapi sebenarnya singkatan dari ULating bLENcong SEjatiNe TAtaraning LUmaku, yang artinya: Nyala lampu Blencong sebagai Petunjuk Manusia dalam Melangkah Meniti Kehidupan. Teman-teman tahu nggak lampu Blencong (bukan bencong ya... ha..ha..ha) .... lampu blencong itu lampu minyak yang biasanya digunakan pada pertunjukkan wayang kulit yang selalu bergerak-gerak bila tertiup angin, ibarat matahari yang menyinari bumi dan manusia harus terus bergerak untuk menjalani kehidupannya. Kata papaku ini mempunyai nilai filosofis yang tinggi. Sayang sekali di dalam museum tidak boleh difoto, jadi foto yang ada hanya di luar museum saja.
Di dalam museum terdapat lorong panjang bawah tanah yang disebut Ruang Guwa Sela Giri. Disini dipamerkan karya-karya lukis dari tokoh-tokoh Mataram, khususnya para putri-putri kerajaan/keraton. Diantara putri-putri itu adalah BRAy. Partini Djayadiningrat (nenek dari Dimas Djayadiningrat, sutradara film), seorang penulis novel...antara lain cerita Ande-ande lumut. Kemudian ada Gusti Siti Nurul ... dari foto-fotonya terlihat sangat cantik sekali. Ibu Siti Nurul ini merupakan putri keraton yang tidak setuju dengan poligami di kalangan para bangsawan. Di samping itu ada foto-foto karya fotografer yang terkenal pada masa Sultan Hamengku Buwana VII, yaitu Kasian Cephas. Foto-foto karyanya umumnya menampilkan keeksotikan gadis-gadis jawa.
Ruang berikutnya disebut Kampung Kambang, karena merupakan bangunan yang terletak di atas kolam besar. kambang artinya terapung, jadi ruang tersebut seolah-olah terapung di atas air. Dalam Kampung Kambang terdapat Balai Sekar Kedaton merupakan bangunan yang dipersembahkan kepada GRAy. Koes Sapariyam (Tineke). Dalam ruang ini tersimpan surat-surat cinta, surat dari teman-teman maupun puisi-puisi Tineke.
Selanjutnya ada ruangan yang disebut Ruang Paes Ageng Yogyakarta, berisi koleksi kain batik dengan motif beraneka ragam (Khususnya untuk upacara perkawinan), misalnya motif Sido mukti, Sido Asih, Sido drajat, Sido luhur, dll. Kata "Sido" diartikan bahwa mempelai yang mengenakan kain batik motif tersebut hidupnya akan bahagia. Juga ada motif Truntum, Wirasat yang biasanya dikenakan oleh orang tua mempelai, dengan harapan orang tua tersebut dapat selalu memberikan tuntunan maupun nasehat. Teman-teman ... masih banyak lagi motif kain batik yang lain yang dipamerkan, misalnya motif bintang dari Surakarta, motif batik daerah pesisir..Cirebon, Indramayu dsbnya.
Ruang Putri Dambaan berisi gambaran tentang sosok Putri Nurul Kusumawardhani (Gusti Siti Nurul) yang cantik yang berperilaku modern. Beliau mempunyai hobi berkuda, tenis dan renang, pintar menari dan menolak poligami. Kata tour guide kita.. Ibu Siti Nurul dulu pernah ditaksir sama Bung Karno dan Hamengku Buwana IX.
Menjelang akhir lawatan di museum, kita disuguhi minuman Kusmayana Drink, resep keraton yang katanya dapat membuat awet muda. Rasanya enak.. terdiri dari ramuan jahe, kayu manis, gula jawa, garam dan daun pandan.. pingin nambah deh...
Teman-teman sekian dulu ya ceritaku... Kalau liburan ke Yogyakarta bolehlah teman-teman berkunjung kesana, seru deh ... menikmati budaya kita, khususnya budaya jawa.

No comments: